Al Haram

Bangunan kubus dengan tinggi hampir 14 meter itu disebut Ka’bah, ribuan bahkan jutaan orang beribadah dengan mengelilinginya dengan, ada perasaan haru saat melihat dan menglilinginya, beragam doa multi bahasa dilantunkan pada bangunan itu, milyaran bahkan mungkin hingga trilyunan harapan dipanjatkan dari tiap sisinya tak henti-henti. Beberapa askar (militer kerajaan sa’udi) tampak mengatur ramainya orang yang “berjuang” mencium Hajar Aswad, beberapa yang lain mengatur jamaah yang silih berganti berebutan berdoa di depan Multazam.Di antara bangunan sekelilingnya, tampak ada tower yang paling mencolok; Zamzam tower yang menyangga jam raksasa berwarna hijau gemilau berkilapan di saat malam. Konon jam ini masih terlihat dari radius 25 KM sekeliling Ka’bah. Permainan cahaya dan gemerlapan kilauan menara jam sesekali mengganggu khidmatnya beribadah di masjidil haram, arsitektur bangunan masjid yang dulu terasa unik menarik seolah tenggelam oleh megahnya Tower Zamzam.

Ada fenomena yang cukup menggelitik saat berthawaf belakangan ini, ramainyanya pengguna handphone. Banyak yang berthawaf sambil menerima telpon, menghubungi keluarga, mengkonfirmasi kawan bahwa request doanya sudah dipanjatkan depan multazam atau sekedar menghubungi kawan bahawa dirinya sedang mengelilingi Ka’bah, yang lebih terlihat mencolok adalah ramainya orang memotret di sekitar Ka’bah, pengumuman di larang memotret seolah hilang begitu saja, teknologi mengalahkan segalanya. Saya masih teringat di tahun 2003 untuk menyelundupkan tustel kamera susahnya bukan main, tiap pintu dijaga askar begitu ketat, setiap tas pengunjung digeladah, tahun 2005 meski agak susah tapi saya berhasil membawa digital camera dan berpose dai area ka’bah. Kini, orang berlalu lalang sambil memotret bukan hal aneh, pengguna handphone merajalela bahkan sering saya melihat askar yang menjaga hajar aswad asyik memainkan handphone.

Salah satu serambi di sekitar Ka’bah yang sering kelihatan “agak kosong” dan seringkali dijadikan area memotret adalah posisi yang menjurus ke King Fahd Gate nomer 79, dari lokasi yang sama menara jam juga terlihat sangat anggun menjulang, sungguh angle yang ciamik untuk digunakan berpose dan ber narsis ria, bisa berpose dengan background ka’bah dan tower jam sekaligus.

Satu hal yang amat patut dicontoh dari masjidil haram adalah kepedulian terhadap fasilitas umum, kepentingan umum harus didahulukan di atas segalanya, dan tiba-tiba saya teringat tulisan Dahlan Iskan “di Al Haram tak ada yang tersinggung” ibadah pribadi dapat diartikan sebagai kepentingan pribadi dan harus mengalah jika berhadapan dengan kepentingan umum, orang shalat yang menutup proses kerja petugas kebersihan masjid harus disingkirkan, tidak jarang ketika seseorang memulai shalat petugas kebersihan memerintahkan pindah lokasi,memberhentikannya bahkan kadang mendorong-dorongnya.

Di tengah khidmatnya saya menikmati suasana masjid, tiba-tiba saya dikejutkan oleh pertanyaan beraksen bangla; “Are You Banggali?”

AB Hikam

AB Hikam

pemarah berhati lembut, pelayan santri, sehari-hari dapat ditemui di PP Darusssalam
AB Hikam

Latest posts by AB Hikam (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *